Kamis, 24 November 2011

" EDUTAINMEN " Interaktif di Lab. TIK Sekolah

Dalam era globalisasi yang penuh persaingan ini, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sudah menjadi kebutuhan mendasar, khususnya untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan di sekolah.


Hingga saat ini orang menganggap mampu membaca, menulis dan berhitung sudah menjadi keterampilan dasar untuk hidup. Padahal, di dalam era globalisasi yang serba persaingan ini, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) juga tidak kalah pentingnya. Terutama dalam dunia pendidikan, dunia kerja, dan bisnis, TIK sudah jadi kewajiban untuk dimiliki. Bahkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya beberapa waktu lalu di Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia mengatakan, pertumbuhan ekonomi dan daya saing sebuah negara bergantung pada penguasaan TIK.

Sayangnya, salah satu persoalan dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah terbatasnya infrastruktur mulai dari tingkat sekolah dasar (SD) hingga perguruan tinggi, termasuk juga TIK ini. Di samping persoalan lain, yakni biaya sekolah mahal dan kualitas guru serta dosen yang rendah.

Untuk mendukung TIK dan pelatihan kepada guru, Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koordinator Kesra dan Kementerian Pendidikan Nasional bersama tujuh mitra swasta di bidang teknologi, seperti Microsoft, Oracle, Qualcom, Cisco, Intel, HP, dan Indosat membangun laboratorium teknologi informasi (TI) yang mandiri dan terkini di sekolah menengah pertama (SMP) di Indonesia.

Salah satu sekolah yang telah mendapatkan lab TI tersebut adalah SMP Al-Ahliyah, Karawang, Jawa Barat. Fasilitas ini diresmikan oleh Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Djalal disaksikan Deputi IV bidang Pendidikan, Agama, dan Aparatur Kementerian Kesra Prof Fuad Abdulhamid, Dubes Amerika Serikat Cameron Hume, Bupati Karawang Dadang Muchtar, dan perwakilan dari USAID di Indonesia, Senin (26/7).

SMP Al-Ahliyah, salah satu sekolah madrasah di Karawang ini menerima laboratorium komputer yang canggih berikut perlengkapannya, seperti peranti lunak (software) dan sarana pendidikan penunjang dari mitra swasta. Misalnya, HP menyediakan solusi TI khusus untuk pendidikan berupa multiset computing dan printer laser Jet P2015 serta CP3505.

“Edutainment” Interaktif
Program ini telah dimulai sejak tahun 2007, yang bertujuan untuk mendukung prestasi belajar siswa, melalui kerja sama dengan Prof Yohanes Surya menyediakan software edutainment interaktif, yakni hello physics. HP multiset computing memberikan kesempatan kepada siswa mulai dari tingkat SD hingga perguruan tinggi, termasuk siswa berkebutuhan khusus untuk menemukan metode baru dalam belajar.
Metode ini menyediakan akses PC bagi siswa dengan jumlah yang lebih banyak, namun dengan harga terjangkau, serta memberikan kesempatan belajar tidak lagi terbatas di ruang kelas. HP multiset computing ini juga akan meningkatkan kemampuan siswa dari yang dasar hingga mampu berkolaborasi, seperti menciptakan kreasi hingga memecahkan masalah dengan menggunakan teknologi.

Prof Fuad Abdulhamid mengatakan, program kemitraan dengan USAID ini bertujuan untuk mendukung Pemerintah Indonesia dalam dunia pendidikan yang dikenal dengan Decentralized Basic Education (DBE), yakni meningkatkan relevansi pendidikan dengan meningkatkan kesempatan yang lebih banyak bagi siswa untuk mengembangkan dan menerapkan keterampilan hidup dalam proses belajar mereka (DBE-1). Untuk meningkatkan kualitas guru di Indonesia dan kemampuan mereka menggunakan TIK sebagai alat mengajar (DBE-2), serta peningkatan relevansi pendidikan menengah dan pendidikan luar sekolah melalui kecakapan hidup juga keterampilan vokasional (DBE-3).

Area yang masuk dalam program ini adalah, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Utara. Program ini berlangsung mulai tahun 2005 hingga 2011, dan diharapkan akan membantu meningkatkan pendidikan kepada lebih dari 2.400 sekolah dan 250.000 siswa di 100 kabupaten/kota.

Fasli Djalal mengatakan, sekolah ini masuk dalam target program USAID tersebut, dan dianggap memiliki jumlah siswa terbanyak, punya peluang besar serta terdepan di sekolah madrasah, sehingga kebutuhan TI menjadi sangat vital. Program ini akan berjalan bertahap, sehingga ke depan bisa menjangkau semua sekolah. [D-13]

0 comments:

Posting Komentar